Walikota Surabaya dan menteri PPPA |
Suaraperjuangan.id Surabaya –Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini atau akrab dipanggil Risma,bertemu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).Dalam pertemuanya tersebut Menteri Perberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengapresiasi upaya untuk menyejahterakan dan memberi perlindungan pada anak–anak, kaum perempuan, hingga lansia.
“Selama kami berkunjung di Surabaya, kami mendapat banyak inspirasi. Banyak hal yang telah dilakukan oleh Bu Risma dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam memenuhi hak dan perlindungan khusus anak, serta memberdayakan perempuan di bidang kewirausahaan. Salah satunya dalam upaya merangkul anak – anak yang putus sekolah dan anak – anak telantar, utamanya pada konsep hulu hingga hilir pada Pondok Sosial Kampung Anak Negeri (KANRI) yang merupakan bagian dari Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) Dinas Sosial Kota Surabaya. Kami juga ingin mengintegrasikan program Kemen PPPA yakni Industri Rumahan (IR) dengan Program Pahlawan Ekonomi dan Pejuang muda. IR telah diinisiasi sejak 2016 dan telah menghasilkan 3764 model IR,” tutur Menteri Bintang.
“Kami juga tertarik untuk menggandeng Pemerintah Kota Surabaya untuk memperkenalkan permainan tradisional. Melalui permainan tradisional, kita bisa memberikan pemahaman kepada anak terkait berbagai macam suku, adat, budaya, dan agama untuk meningkatkan toleransi dan mengurangi radikalisme sejak dini,” tutup Menteri Bintang pumgkanya.
Terkait pemberdayaan perempuan di bidang wirausaha, Wali Kota Surabaha, Tri Rismaharini berpesan agar Kemen PPPA bisa mendorong pimpinan daerah untuk lebih memberikan pendampingan dan pelatihan daripada bantuan berupa uang untuk modal usaha."
Dalam pertemuan tersebut wali kota Surabaya juga menjelaskan,“Kemen PPPA harus bisa mendorong para pimpinan daerah untuk memberikan pelatihan keterampilan dan pendampingan bagi masyarakat, khususnya perempuan, namun memang harus ada konsistensi dari pendampingan tersebut. Sebisa mungkin jangan berikan mereka modal bantuan berupa uang, mereka harus jadi pejuang dan petarung yang tangguh. Kita harus bangkitkan semangat mereka. Biasakan mereka untuk memberi daripada menerima."
Selain Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda, Pemkot Surabaya juga mengembangan Kader Bumantik (Ibu Pemantau Jentik), Wamantik (Siswa Pemantau Jentik), dan Kader Lingkungan. Kader Lingkungan adalah edukasi bagi masyarakat dalam pengolahan sampah.
Tri Rismaharini juga bercerita bahwa kasus perdagangan anak terjadi karena anak – anak tersebut tinggal di sekitar lokalisasi, salah satunya Gang Dolly. Setelah Gang Dolly ditutup, warga sekitar gang tersebut diberdayakan untuk membuat usaha batik dan kerajinan tangan, sedangkan anak muda dilatih untuk membuat usaha laundry. Orang tua dan lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap dan perilaku anak. Pada dasarnya anak – anak memiliki keahlian dan talentanya masing – masing.
Menteri Bintang juga ingin merangkul Pemkot Surabaya untuk ikut memperkenalkan permainan tradisional kepada anak – anak.(red)
0 Komentar