Tolak Politik Dinasti, Ribuan Mahasiswa Medan Hadiri Orasi dalam Mimbar Bebas Mahasiswa

Medan, Suaraperjuangan.id - Ribuan mahasiswa terdiri dari 23 kampus di Medan Sumatera Utara, di antaranya USU, Unimed, Polmed, Universitas HKBP Nommensen, Univesitas Sari Mutiara, UINSU, Universitas Medan Area, di Lapangan Refromasi Kampus Universitas Katolik (Unika) St Thomas Jalan Setia Budi, Tanjung Sari, Medan, Kamis (30/11/2023).

Dalam mimbar kerakyatan tampil sejumlah tokoh yang berprofesi sebagai seniman, budayawan, dosen dan tokoh masyarakat menyampaikan orasinya, di antaranya Dadang S Pasaribu (akademisi), Ibnu Arsib Ritonga (mahasiswa), Mujur Leonardo Manalu.

Rektor Unika St Thomas Prof Dr Maidin Gultom SH MHum mengatakan, demokrasi merupakan pondasi bangsa yang harus dijaga bersama. Bahkan, bertindak untuk menyelamatkan nilai-nilai demokrasi yang menjadi ciri khas kehidupan kita sebagai bangsa. Demokrasi tidak hanya pemilihan umum saja, tapi tentang partisipasi aktif kebebasan berekspresi.

“Jadikan mimbar kerakyatan ini sebagai wadah kita untuk bersuara menyampaikan pendapat dan menjadi agen perubahan yang konstruktif,” ujarnya.

Di tengah-tengah tantangan new zaman,Maidin bilang, sebagai akademisi memiliki tanggungjawab yang besar untuk tidak hanya sebagai saksi, tapi juga pelaku dalam membangun demokrasi yang sehat dan kuat.

“Kehadiran mahasiswa di sini merupakan bukti kesadaran akan peran kita dalam menyelamatkan demokrasi dari berbagai ancaman,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Maidin menyebutkan, Unika St Thomas sebagai komunitas akademik memiliki kekuatan besar untuk membentuk opini, memberikan pemahaman yang mendalam dan membimbing generasi muda menjadi pemimpin masa depan yang demokratis dan bertanggungjawab.

“Mari kita sama-sama menjalankan peran ini dengan penuh kesadaran dan komitmen. Kita juga tak mau terlena dengan perkembangan zaman. Kita harus tetap waspada terhadap upaya-upaya yang dapat melemahkan nilai-nilai demokrasi,” harapnya.

Maidin juga menuturkan mimbar bebas ini merupakan panggilan untuk bersama-sama melawan ancaman bentuk demokrasi toleransi dan ketidakadilan.

“Saya mengajak semua untuk merenung sejenak tentang arti penting demokrasi. Mari kita galang kebersamaan dan jadikan interprensi ini sebagai momentum untuk memperkokoh ikatan kita sebagai akamidisi yang berkomitmen kepada demokrasi dengan pikiran rasional, objektif dan tidak boleh ada kekerasan fisik maupun kekerasan psikis,” tandasnya.

Sementara itu, Mujur Leonardo Manalu, Ketua BEM Fakultas Hukum Unika St Thomas, selaku panitia penyelenggara, mengatakan di tengah usia reformasi yang masih seumur jagung, pengkhianatan terhadap rakyat dipertontonkan melalui serangkaian masalah kebangsaan, seperti politik dinasti oleh oligarki kekuasaan, pemberangusan demokrasi, hipokritnya penegakan hukum, kapitalisasi pendidikan, perbudakan modern, hingga perampasan hak tanah dan eksploitasi sumber daya alam yang masif.

Menurutnya, pemerintahan Jokowi juga dinilai sedang mempertontonkan kesewenang-wenangan kekuasaan demi membangun politik dinasti.

“Hukum dan konstitusi diselewengkan. Infrastruktur pemerintahan digunakan sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan,” ujarnya.

Atas dasar itu, Leonardo menyeru mahasiswa di seluruh Indonesia untuk berani dan kritis terhadap pemerintahan Jokowi, bukan menghamba pada kekuasaan yang korup dan menindas.

“Kami mahasiswa dari berbagai kampus di Sumatera Utara menyatakan dengan tegas menolak politik dinasti dengan segala praktiknya,” ujar dia.

Selain itu, lanjut Leonardo, pihaknya juga menolak kembalinya kekuatan Orde Baru (Orba) yang sarat dengan penindasan, ketidakadilan, dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Red. 

Posting Komentar

0 Komentar