Dibalik Megahnya Pembangunan Stadion Taraf Internasional dan Sirkuit Formula E, Masih Terdengar Tangisan Suara Kemiskinan di Pingiran DKI Jakarta


Papua,Suaraperjuangan.id - Pembangunan stadion megah bertaraf internasional dan Sirkuit Formula E, menyisihkan banyak tanda tanya : 
- Apakah 100% warga DKI mendukung atau menolak ?
- Apakah warga Jakarta butuh stadion tambahan selain Gelora Bung Karno, atau sebaliknya membutuhkan rumah layak huni ?
- Ada apa dengan stadion GBK ?, kan masih bagus dan baru direnovasi ?, GBK kebanggaan yang harus tetap dilestarikan sebab nama Bung Karno adalah icon dunia dan sosok kebanggaan bangsa Indonesia. 
- Apakah dengan membangun stadion dan sarana balapan Formula E, Pemerintah DKI Jakarta telah sukses meningkatkan kualitas kehidupan rakyat pinggiran Jakarta ?
- Mengapa Gubernur DKI ngotot mendirikan stadion tambahan sementara banyak warga Jakarta yang masih jadi pemulung, gelandangan, pengamen dan pengemis di emperan toko dan lampu merah ?
- Apakah dengan membangun stadion, dan  pembangunan konstruksi mega proyek sirkuit Formula E, Pemerintah DKI Jakarta dapat menutupi kisah pilu warganya yang membutuhkan uluran tangan pemerintah ?
- Saya anak Papua, di Papua kami tidak ada pengemis, gelandangan, pengamen dan warga pinggiran bawah rel kereta; namun Pemerintah tetap setia untuk mengutamakan IPM masyarakat di tanah Papua.
- Mengapa Gubernur DKI tega membangun fasilitas Stadion padahal sudah ada stadion GBK ?.
- Mengapa pula Pemerintah DKI gagas mega proyek formula E, dikala rakyatnya mengalami penderitaan akibat Covid-19 ?.
- Apa karena syahwat politik kepentingan untuk 2024, ataukah karena maksud lain sehingga hal mendasar terkait persoalan kemanusiaan disepelehkan.
- Apakah dengan pembangunan sirkuit Formula E dan Stadion taraf internasional menunjukan prestasi pemerintah DKI untuk menunjukan kualitas kepemimpinan nya.
- Manakah yang lebih mulia, mendapat pujian dunia internasional ataukah rasa syukur dan doa warga DKI yg masih hidup dibawah gadis kemiskinan ?

Poto : Dewan Pembina Setya Kita Pancasila DPW Papua Barat Andy Sadipun Komber

Sungguh, refleksi khusus untuk pemerintah DKI dalam menjalankan amanah rakyat.
Solusi :
- Batalkan saja ambisi untuk pujian dunia internasional, demi airmata dan harapan warga DKI yang masih butuh uluran tangan Pemerintah. Sebab secanggih apapun stadion dan sirkuit Formula E, jika masyarakat Jakarta masih ada yang hidup di kolong jembatan, maka anda pemimpin yang tak berhasil. Sejatinya seorang pemimpin, akan makan setelah rakyatnya makan, akan menolak seribu pujian dari luar negeri demi satu senyuman rakyatnya yang menderita. Sebaiknya wacana pembangunan dirubah dan difokuskan pada pembangunan IPM warga DKI.

Demi keadilan dan kemanusiaan, kami rakyat Indonesia di Tanah Papua pun ikut bersuara untuk saudara/i kami warga DKI yang hidupnya masih menderita di bawah garis kemiskinan, (para pengamen, gelandangan, pemulung). Tolong Pemerintah DKI Fokus kunjungi mereka di :
 
- Kolong jembatan, pasti ada warga mu nginap disana. 
- Emperan sungai, pasti ada warga mu di gubuk.
- Lampu Merah, pasti ada warga mu yang mengemis disana
- Bus dan taman, pasti ada warga mu ngamen disana.
- Tempat sampah, pasti ada warga mu yang mulung disana

Semoga Pemerintah DKI sadar dengan rintihan suara kemiskinan dari gemerlapnya kota Jakarta.

"Cinta Kasih Menyatukan Segala Perbedaan dan MerahPutihkan Indonesia Raya".

(Riyo E.Nababan/Andy Sadipun Komber)

Posting Komentar

0 Komentar